Rabu, 12 Ogos 2009

SIRI KRISTOLOGI #1

KETUHANAN [m/s 9-12]

Manusia diciptakan Allah sangat berbeda dibandingkan makhluk lain. Otak dan hati berfungsi; mata dan telinga hidup aktif; lidah manusia mampu berkreasi. Sementara wajah manusia penuh keserasian dan jari-jemari tangan ini mampu menggantikan palu, tang, tali pengikat dan bahkan mereka bersatu dalam perbedaan.

Manusia mampu berbuat pada hari kini bahkan untuk hidup di hari-hari kemudian. Manusia yang sadar akan hal-hal demikian, mereka ingin mengucapkan syukur kepada Penciptannya; Dia-lah Tuhan pemelihara alam semesta. Tetapi, disamping manusia yang bertuhan, ada pula manusia yang ragu-ragu lantaran mereka tidak mengerti. Sebaliknya, di antara manusia itu ada yang tidak mau mengakui keberadaan Tuhan, Pencipta.

Esa atau berbilangkah Tuhan itu? Bagaimana pandangan Islam dan Kristen?

Islam mengajarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Ketika manusia itu ragu atau ingin tahu lebih jelas, maka Allah memberitahukan mereka lewat wahyu yang diberikan-Nya pada para Nabi Allah istimewa kepada Nabi Muhammad saw, surat Al-Ikhlas ayat 1-4:

Maksudnya : "Katakanlah, Dia-lah Allah yang Esa. Allah tempat segalanya bergantung (berhajat). Dia tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak seorang pun yang menyamai-Nya".

Dalil (nash) lain dapat dilihat dalam surah Al-Baqarah 103 dan 163; An-Nisa 171; Al-Maidah 73; Al-Anbiya 108; Ibrahim 48 dan 52; An-Nahl 22; Al-Kahfi 110, Al-Hajj 34; As-Shaffat 4; Shaad 65, Az-Zumar 4; At-Taubah 31.

Adapun dasar Ketuhanan Maha Esa dalam Yahudi dan Nasrani dapat ditemukan dalam Kitab Ulangan (salah satu dari Kitab Taurat yang kelima) 6 dan 4 yang berbunyi : "Dengarlah hai Israil: Tuhan itu Allah kita. Tuhan itu Esa!" Kitab Ulangan 5:7 berbunyi : "Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku." Kitab Yesaya 44:6 berbunyi:

"Beginilah firman Tuhan, Raja dan Penebus Israil Tuhan Semesta Alam: "Aku-lah yang terdahulu dan Aku-lah yang terkemudian; tiada Allah selain dari-Ku."[1] Dalam Yesaya 45:22 disebutkan: "Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Aku-lah Allah dan tidak ada yang lain."

Lalu, mengenai TRINITAS, bagaimana pandangan Islam dan Nasrani tentang konsep itu?

Kalau dalam Islam atau pandangan Muslim, Trinitas itu menyalahi Al-Qur'an dan Kitab Taurat Ulangan, juga berbeda dengan Yesaya di atas. Al-Qur'an sangat jelas menyatakan bahwa Tuhan itu Esa (Satu), seperti juga termaktub dalam Al-Maidah 73:

Maksudnya : "Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Bahawasanya Allah ialah salah satu dari tiga tuhan. Padahal tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Tuhan Yang Maha Esa dan jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, sudah tentu orang-orang yang kafir dari antara mereka akan dikenakan azab seksa yang tidak terperi sakitnya."

Adapun dalam Kristen, umumnya mereka menggunakan dalil Matius 3: 16-17 yang berbunyi, "Setelah Yesus dibaptiskan, naiklah Ia dari dalam air itu dengan segera, maka terbukalah langit, lalu dilihatnya Roh Allah turun seperti burung merpati datang ke atasnya. Maka satu suara dari langit mengatakan: "Inilah Anakku yang Ku-kasihi, kepadanya pun Aku berkenan."[2]


Dalil lain yang dipergunakan, ialah Matius 28:19, "Sebab itu pergilah kamu, jadikanlah sekalian bangsa itu muridku serta membaptiskan dia dengan Nama Bapa, dan Anak dan Rohul Kudus."

Bagaimana kedudukan dalil-dalil Trinitas atau Tritunggal tersebut?

Lewat buku Pertanyaan tentang Iman Kristen Dijawab dari Alkitab, terjemahan M.H. Simanungkalit, terbitan Yayasan Komunikaso Bina Kasih / OMF Jakarta; halaman 22 disebutkan:


Apakah yang kita maksudkan kalau kita mengatakan Allah Tritunggal?
Allah yang benar dan yang satu itu, dalam segala hal Ia satu, dalam sifat-Nya, kehendak-Nya, dan diri-Nya; tetapi dalam Oknum yang berbeda-beda yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. (Kata Tritunggal, tidak terdapat dalam Alkitab, tetapi walaupun begitu kata ini menyimpulkan seluruh ajaran Alkitab tentang Rahasia Diri Allah. Istilah ini pertama sekali dipakai untuk memelihara kebenaran Diri Allah melawan ajaran palsu pengajar-pengajar sesat).

Namun, dalam buku TRITUNGGAL YANG ESA, terjemahan H.P. Nasution, Th.M. Terbitan yayasan yang sama; halaman 34 berbunyi:

Jadi, walaupun ketiga-Nya adalah "satu Allah" yang itu-itu juga, jelas bahwa ketiganya bukan Oknum yang sama. Kita tidak punya pilihan lain kecuali memegang kedua kebenaran itu walaupun bagi pikiran kita yang terbatas keduanya tidak bisa dihubungkan. Dalam Injil yang sama kita baca bahwa Yesus berkata: "Aku dan Bapa adalah satu" (Yahya 10:30); dan "...Bapa lebih besar daripada Aku." (Yahya 14:28).

Demikian menyangkut perbedaan kesetaraan antara Yesus dan Bapa-Nya. Adapun perbedaan kesetaraan antara Bapa dan Roh Kudus pun disebutkan pada buku tersebut pada halaman yang sama.

"Kita sudah melihat bahwa Roh Kudus adalah suatu peribadi (oknum) khas tersendiri. Tetapi walaupun kita mengakui bahwa Ia adalah Allah yang sepenuhnya, namun dalam Perjanjian Baru Ia tidak pernah dikacaukan dengan Allah Bapa, keduanya selalu disebut secara terpisah dan diperlukan sebagai oknum-oknum terpisah."

Apa pandangan Islam tentang Roh Kudus?

Dalam Islam, Roh Kudus ialah malaikat Jibril. Ia diberi tugas khusus oleh Allah, seperti menghubungi para Nabi Allah Swt. Dan orang-orang tertentu. Perhatikan penjelasan Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 102:

Maksudnya: "Katakanlah! (wahai Muhammad) : Roh Kudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah (Muslim)..."

Roh Kudus dapat menghadap Allah Swt. Pada saat diperlukan, sebagai tertera pada surah Al-Ma'aarij ayat 4 berikut ini:

Maksudnya: "Malaikat dan Roh (Jibril) dapat naik menghadap kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun."

Para ahli tafsir (mufassirin) memberi arti kata "roh" pada ayat diatas yaitu dengan makna Malaikat Jibril. Wallahu a'lam.

------------------
[1] Wahyu 22: 13
[2] Kejadian 1: 1-2

-------------------------------------------------------------------------------------------------

* Dipetik daripada buku 'JANGAN BERKEBUN DI LADANG ORANG' [Muka surat 9-12] tanpa sebarang perubahan & tambahan.

Tentang buku :

Tajuk: 'JANGAN BERKEBUN DI LADANG ORANG' - Seri Kristologi VI
Pengarang: Drs. H. Abujamin Roham
Penerbit: MEDIA DA'WAH - Jakarta
Cetakan: 1423H / 2003M



-------------------------------------------------------------------------------------------------

al-faqiir - abu miftah

0 ulasan:

Catat Ulasan

Komentar Anda...